Acara Selapanan Bayi Dan Maknanya

Budaya jawa mengenal tradisi selapanan yaitu 35 hari bagi bayi yang baru lahir. Ini merupakan acara syukuran dan potong rambut. Setelah mencapai 5 minggu, orang tua akan melihat perubahan dan perkembangan pada bayi mereka. Acara ini juga berfungsi untuk memperkenalkan bayi ke saudara dan keluarga besar. Untuk mengetahui lebih  lanjut tentang selapanan, simak ulasan berikut.

Mengenal Acara Selapanan Dan Tata Caranya

Waktu

Perhitungan jawa menggunakan konsep pasaran yaitu pahing, pon, kliwon, legi, dan wage. Semuanya akan berulang setiap hari dan tiba waktu dimana weton tersebut berada di hari yang sama. Misalnya, saat ini adalah minggu legi maka harus menunggu 5 minggu lagi untuk mendapatkan minggu legi. Artinya, Anda menunggu selapanan atau 35 hari. Saat mengadakan acara untuk bayi, 35 hari dari waktu lahir.

Kondisi Bayi

Alasan utama mengapa harus menunggu 35 hari adalah kondisi fisik sudah kuat. Setelah 5 minggu, bayi memiliki sistem imun lebih baik dan sudah saatnya mengalami interaksi langsung dengan orang lain. Di acara tersebut, bayi juga harus dibersihkan terutama potong rambut sebagai simbol kehidupan baru.

Hidangan

Hidangan menjadi simbol utama dari acara ini. Pada umumnya, selapanan menggunakan nasi putih, sayur yang direbus, bumbu parut kelapa, dan telur rebus. Ada juga yang menambahkan sayur 7 rupa, tumpeng, dan sayur ayam. Setiap hidangan memiliki makna tersendiri dan dapat disatukan menjadi arti yaitu kehidupan.

Acara seperti ini diselenggarakan dengan skala kecil hingga menengah. Orang tua dan keluarga mengadakan acara dengan mengundang tamu dari warga dan kehadiran pemuka agama. Mereka nanti mendoakan bayi, rumah, dan keluarga agar mendapat anugerah yang berlimpah. Anda sebaiknya menggunakan dekorasi yang sesuai terutama bunga yang melambangkan permulaan, kemakmuran, dan sehat. Agar komposisi bunga sesuai yang diinginkan, kunjung florist karangan bandar lampung. Mereka siap membuat produk rangkaian bunga apa saja terutama untuk acara selapanan bayi.

Kegiatan Selapanan Yang Lain

Masyarakat jawa juga menggunakan selapanan atau 35 hari untuk tujuan lain. Contohnya adalah pengajian rutin dan selamatan weton. Di desa yang masih kuat adatnya, keluarga membuat bancakan yang terdiri dari sayuran rebus, parut kelapa, bubur merah dan putih, dan telur. Mereka lalu membagikannya ke tetangga dan keluarga. Acara ini sifatnya tidak resmi karena sebatas rasa syukur. Selain itu, hanya sebagian kecil warga yang masih melakukannya. Waktu yang dipilih adalah weton seseorang dan terus berulang di periode 5 minggu.

Selapanan juga sering digunakan untuk pengajian. Ini merupakan cara lama di budaya jawa untuk membuat jadwal. Mereka mungkin kesulitan dalam memahami kalender umum. Agar lebih ringkas dan cepat, sistem selapanan dan pasaran diterapkan. Sekarang, cara ini juga masih ada dan dikombinasikan dengan perhitungan modern. Pengajian rutin tersebut berskala kecil yaitu di satu mushola atau rumah. Setelah beberapa selapanan, acara lalu dibuat secara khusus dengan skala lebih besar.

Tradisi selapanan sangat erat kaitannya dengan budaya jawa. Anda mungkin tidak akan menemukan langsung di masyarakat kota karena mereka mulai meninggalkan sistem ini. Akan tetapi, acara bayi misalnya mencukur dan pengajian justru mulai marak dengan konsep berbeda. Secara umum, prinsip dan tujuannya tetap sama meskipun nama yang dipakai berbeda. Disisi lain, sistem selapanan justru membuktikan bahwa masyarakat zaman dulu telah menggunakan kalender dan penentuan waktu yang lebih praktis. Mereka lebih mudah mengingat cara tersebut dibandingkan sistem baru.

Similar Posts